Aneka Busana Korea Style Untuk Pria
Style Fashion
Rabu, 20 November 2013
Tips fashion korea buat cewek mungil bertubuh pendek
Saat ini tahun 2013, semakin ngetrend
baju-baju korea dengan ciri khas desain korea yang berawal dari drama film
korea dan boy & girl band korea tentunya. Semua orang pun kini mengikuti trend
fashion korea 2013 yang memiliki ciri fashion yang unik, namun bagaimana
untuk orang yang berbadan pendek bila ingin mengikuti fashion korea?
Berikut ini Melissa berikan beberapa tips fashion untuk kalian yang memiliki tumbuh pendek.
- Pakailah setelan pakaian dengan warna yang sama, monokromatik. Hindari mengenakan atasan dan bawahan dengan perbedaan warna yang tajam.
- Celana berpinggang tinggi dan celana jeans membantu kalian tampil lebih tinggi. Kamu juga bisa memilih rok berpinggang tinggi.
- Hindari penggunaan celana dengan model ujung bawah yang melebar. Jenis pakaian ini akan membuat tubuh terlihat lebih pendek.
- Gunakan pakaian warna gelap , bukan yang cerah.
- Untuk aksesoris sabuk, kenakan sabuk ramping. Jangan pernah menggunakan sabuk yang lebar, sesuka apapun kamu dengan model sabuk lebar itu.
- Jika kalian menyukai penggunaan pakaian bergaris , pilihlah pakaian dengan garis vertikal.
- Model rambut juga mempengaruhi penampilan kalian juga lho. Pilihlah model rambut pendek yang akan memberikan ilusi tampak tinggi pada penampilan kamu.
Update:
8 Tips Fashion Untuk Wanita Bertubuh Mungil
8 Tips Fashion Untuk Wanita Bertubuh Mungil
beberapa tips nih untuk Anda yang punya tubuh mungil agar bisa tampil proporsional dan fashionable. Check this out.
V-Neck, Scoop neck, Romper Untuk Postur Yang Lebih Panjang
Bila Anda memilih pakaian, carilah yang menggunakan kerah bentuk ve neck atau scoop neck (kerah bulat seperti pada T-shirt). Scoop neck yang cocok bagi Anda adalah yang berbentuk persegi tumpul atau bulat. Pakaian jenis romper (mirip jumpsuit tapi lebih pendek) juga bisa membantu membuat ilusi agar tubuh Anda nampak tinggi.
Pastikan Bagian Atas Lengan Terletak di Bahu Anda
Bagian atas lengan yang terlalu maju atau terlalu mundur, akan menyebabkan ilusi postur yang kurang baik, karena Anda akan nampak bungkuk dan makin pendek. Pilih pakaian yang tegas di bagian pundak namun tidak terlalu lebar.
Lengan 3/4 Untuk Kesan Ramping dan Panjang
Ladies, bila Anda ingin kesan yang lebih ramping dan panjang, gunakan pakaian dengan lengan 3/4. Banyak postur wanita yang cocok dengan lengan model ini karena membuat mereka lebih anggun dan ideal.
Crop Jeans
Saat menggunakan celana jeans, Anda bisa melipat ujungnya atau bahkan memotongnya. Cukup sesuaikan dengan postur Anda selama hal itu tidak membuat Anda terlihat makin pendek. Gunakan jeans yang fit di badan.
Yay Mini Skirt!
Untukl tubuh yang mungil, bila Anda ingin menggunakan rok mini, maka ukuran yang paling pas adalah selutut atau di atasnya. Hal ini akan membantu agar Anda nampak ideal.
Jauhi Pakaian Kedodoran Atau Tidak Berbentuk
Karena Anda memiliki tubuh yang mungil, maka maksimalkan bentuk tubuh Anda dengan space yang mungil itu. Jangan biarkan tubuh Anda tenggelam dalam batwing size atau pakaian super besar. Gunakan belt untuk memperlihatkan lekuk tubuh Anda.
Pakaian Bercorak
Agar membuat penampilan Anda tidak plain, gunakan pakaian yang mengandung corak atau fun prints. Pakaian seperti ini bisa membuat penampilan Anda menjadi lebih stylish dan fashionable.
Rok di Pinggang
Tips terakhir bagi Anda yang punya postur pendek dan mungil, bila Anda menggunakan rok, pastikan jatuhnya tepat di pinggang dan bukan di pinggiul. Hal ini sama manfaatnya dengan menggunakan belt pada pakaian yang loose atau kedodoran.
Bila Anda memilih pakaian, carilah yang menggunakan kerah bentuk ve neck atau scoop neck (kerah bulat seperti pada T-shirt). Scoop neck yang cocok bagi Anda adalah yang berbentuk persegi tumpul atau bulat. Pakaian jenis romper (mirip jumpsuit tapi lebih pendek) juga bisa membantu membuat ilusi agar tubuh Anda nampak tinggi.
Pastikan Bagian Atas Lengan Terletak di Bahu Anda
Bagian atas lengan yang terlalu maju atau terlalu mundur, akan menyebabkan ilusi postur yang kurang baik, karena Anda akan nampak bungkuk dan makin pendek. Pilih pakaian yang tegas di bagian pundak namun tidak terlalu lebar.
Lengan 3/4 Untuk Kesan Ramping dan Panjang
Ladies, bila Anda ingin kesan yang lebih ramping dan panjang, gunakan pakaian dengan lengan 3/4. Banyak postur wanita yang cocok dengan lengan model ini karena membuat mereka lebih anggun dan ideal.
Crop Jeans
Saat menggunakan celana jeans, Anda bisa melipat ujungnya atau bahkan memotongnya. Cukup sesuaikan dengan postur Anda selama hal itu tidak membuat Anda terlihat makin pendek. Gunakan jeans yang fit di badan.
Yay Mini Skirt!
Untukl tubuh yang mungil, bila Anda ingin menggunakan rok mini, maka ukuran yang paling pas adalah selutut atau di atasnya. Hal ini akan membantu agar Anda nampak ideal.
Jauhi Pakaian Kedodoran Atau Tidak Berbentuk
Karena Anda memiliki tubuh yang mungil, maka maksimalkan bentuk tubuh Anda dengan space yang mungil itu. Jangan biarkan tubuh Anda tenggelam dalam batwing size atau pakaian super besar. Gunakan belt untuk memperlihatkan lekuk tubuh Anda.
Pakaian Bercorak
Agar membuat penampilan Anda tidak plain, gunakan pakaian yang mengandung corak atau fun prints. Pakaian seperti ini bisa membuat penampilan Anda menjadi lebih stylish dan fashionable.
Rok di Pinggang
Tips terakhir bagi Anda yang punya postur pendek dan mungil, bila Anda menggunakan rok, pastikan jatuhnya tepat di pinggang dan bukan di pinggiul. Hal ini sama manfaatnya dengan menggunakan belt pada pakaian yang loose atau kedodoran.
Fashion Hijab
Hijab
Hijab (bahasa Arab: حجاب ħijāb) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang. Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata "hijab" lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim (lihat jilbab). Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.cara pakai hijab :
Kamis, 14 November 2013
SEJARAH DISTRO di INDONESIA
apa itu DISTRO ??
Distro,
singkatan dari distribution store[ atau distribution outlet, adalah
jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesori yang
dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro umumnya
merupakan industri kecil dan menengah (IKM) yang sandang dengan merk
independen yang dikembangkan kalangan muda. Produk yang dihasilkan oleh
distro diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar
mempertahankan sifat eksklusif suatu produk dan hasil kerajinan.
Konsep
distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu band-band
independen di Bandung berusaha menjual merchandise mereka seperti
CD/kaset, t-shirt, dan stickerselain di tempat mereka melakukan
pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase
dan rak untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak
komunitas lain seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga
membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini,
industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan
produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007
diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300
diantaranya ada di Bandung.
sejarah singkat
Di
Kota Bandung – bagi sebagian masyarakatnya – keberadaan berbagai
t-shirt seperti yang diperbincangkan di atas bisa jadi merupakan satu
hal yang lazim. Demikian juga dengan keberadaan geng motor tua, sepeda
bmx, penggemar musik hip-hop, musik elektronik, break dance, hardcore,
grindcore, sampai dengan komunitas penggemar musik punk yang tersebar di
beberapa tempat di sekitar pojokan kota. Dengan penampilan yang
spesifik, beberapa kelompok ini menyebar di sekitar kampus-kampus,
pojok-pojok jalan, diskotik, bar, daerah pertokoan, kamar kost, rumah
kontrakan, shooping mall, dan lain sebagainya. Di malam Minggu, beberapa
komunitas ini biasanya terlihat di sekitar Jalan Dago, Gasibu, BIP,
Cihampelas, sampai Jalan Braga.
Di
Bandung, kebanyakan orang tampaknya memang masih punya banyak waktu
luang untuk memikirkan beberapa hal yang mendetail dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Beberapa hal detail yang kemudian bermuara pada
beragam kecendrungan akan gaya hidup, perilaku, dan berbagai aliran
pemikiran.
Dadan
Ketu, sebutlah demikian. Terlahir di Kota Bandung pada tahun 1973.
Pemilik nama ini bukanlah figur yang asing lagi bagi mereka yang akrab
dengan komunitas underground Kota Bandung di era pertengahan ’90-an.
Bersama 8 orang temannya, pada sekitar tahun ’96 ia berinisiatif untuk
membentuk sebuah kolektif yang kini dikenal dengan nama Riotic. Melalui
ketertarikan akan satu model ideologi yang sama, komunitas ini kemudian
mulai memproduksi musik rilisan mereka sendiri, yang kemudian berkembang
menjadi sebuah toko kecil yang menjual segala macam pernak-pernik dari
mulai kaset, merchandise band, t-shirt dan lain sebagainya.
Lain
lagi dengan Dede, yang bersama keempat temannya mendirikan sebuah
distro(2) yang bernama Anonim pada tahun 1999. Terutama karena
ketertarikan pada musik dan film, kelompok ini kemudian mulai menjual
t-shirt yang dipesan secara online melalui internet. Kini selain menjual
barang-barang import, mereka juga menjual kaset-kaset underground dan
produk-produk dari label clothing lokal, yang konon kabarnya mencapai
sekitar 100 label clothing yang muncul bergantian seperti cendawan di
musim hujan. Menurutnya, penjualan produk lokal meningkat jumlahnya
setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1996, yang menyebabkan harga
barang impor meningkat dan semakin sulit didapat.
Riotic
dan Anonim, dua nama ini adalah sedikit dari deretan nama-nama seperti,
Harder, Riotic, Monik Clothing, 347 Boardrider & Co., No Label
Stuff, Airplane Apparel System, Ouval Research, dan lain sebagainya.
Sejak pertengahan ’90-an, di Kota Bandung memang bermunculan beberapa
komunitas yang menjadi produsen sekaligus pelanggan tetap beberapa toko
kecil – sebutlah distro – yang menjual barang-barang yang tidak ditemui
di kebanyakan toko, shooping mall, dan factory outlet yang kini juga
tengah menjamur di Kota Bandung. Berbekal modal seadanya, ditambah
dengan hubungan pertemanan dan sedikit kemampuan untuk membuat dan
memasarkan produk sendiri, kemunculan toko-toko semacam ini kemudian
tidak hanya menandai perkembangan scene anak muda di Kota Bandung,
tetapi juga kota-kota lain semisal Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dsb.
Reverse: Markas Kecil di SukasenangAdalah Reverse, sebuah studio musik di daerah Sukasenang yang kemudian dapat dikatakan sebagai cikal bakal yang penting bagi perkembangan komunitas anak muda di Kota Bandung pada awal era ’90-an. Di awal kemunculannya pada sekitar tahun ’94, semula Richard, Helvi, dan Dxxxt (3 orang pendiri pertama dari Reverse), hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama diminati oleh komunitas penggemar musik rock dan skateboard. Dapat dikatakan, komunitas ini kemudian merupakan simpul pertama bagi perkembangan komunitas ataupun kelompok subkultur anak muda pada saat itu. Ketika semakin berkembang, Reverse kemudian menjadi sebuah distro yang mulai menjual CD, kaset, poster, artwork, asesoris, termasuk barang-barang impor maupun barang buatan lokal lainnya.
Kemudian
bermunculan sederet komunitas baru yang lebih spesifik lagi. Dari yang
semula hanya didatangi oleh penggemar musik rock dan komunitas
skateboard, Reverse mulai didatangi oleh beberapa kelompok yang berasal
dari scene yang lain. Dari yang meminati musik pop, metal, punk,
hardcore, sampai pada kelompok skater, bmx, surf dan lain sebagainya.
Belakangan, nama Reverse bermutasi menjadi Reverse Clothing Company,
yang sekarang ini dikelola oleh Dxxxt. Menurut Richard, selain karena
musik rock dan skateboard, saat itu kemunculan beragam komunitas semacam
ini juga didorong oleh keberadaan beberapa film seperti The Warrior
(Walter Hill/1979), BMX Bandit (Brian Trenchard-Smith/1983),Thrashin
(David Winters/1986), Gleaming The Cube (Graeme Clifford/1989), dan
film-film sejenis yang bercerita mengenai berbagai macam komunitas anak
muda di Barat (Eropa Barat & Amerika).
“Dulu
gua kalo mau nyari posternya Frank Zappa nggak mungkin dapet di tempat
lain, pasti gua nyarinya ke Reverse!”, ujar Edi Khemod yang merupakan
drummer band cadas bernama Seringai, sekaligus seorang penulis, produser
rumah produksi Cerahati dan juga salah seorang anggota dari Biosampler;
sebuah kelompok seniman multimedia yang sering muncul dalam aktifitas
artistik di club scene kota Bandung dan Jakarta. Kebutuhan yang spesifik
semacam inilah yang kemudian tertularkan pada beberapa komunitas dan
distro-distro pada generasi sesudahnya. Kembali menurut Richard,
menurutnya mereka yang datang ke Reverse itu kebanyakan mencari barang
yang tidak terdapat di toko, shooping mall, atau departemen store. Hal
ini juga diakui oleh Dadan dan Dede. Menurut mereka rata-rata yang
datang ke distro itu orang-orang yang punya kebutuhan spesifik yang
berbeda dengan kebutuhan orang kebanyakan. “Karena itu mereka mencari
sesuatu yang lain, yang sulit ditemukan di wilayah-wilayah yang lebih
mapan”, ujar Richard dalam sebuah wawancara.
Untuk
saya sendiri hal semacam ini tentu saja dapat dikatakan wajar.
Kebanyakan anak muda memang punya tabiat untuk selalu mencari pengalaman
yang baru dan berbeda.
Tampaknya
dari kondisi yang spesifik semacam inilah, dinamika perkembangan
industri musik, termasuk perkembangan fashion anak muda di Bandung
selalu menemui banyak pembaharuan. Dari mulai jaman celana jeans di
Jalan Cihampelas, tas ransel Jayagiri, jaman kaos oblong C-59, clothing
lokal, band-band underground, distro, dan seterusnya sampai sekarang.
“Perjumpaan yang terus menerus dengan hal/orang/barang yang sama,
kadang-kadang menimbulkan perasaan jenuh/bosan/muak; bila tak
tertahankan lagi, orang ingin keluar/melepaskan diri dari situasi itu:
ingin tampil beda.” Demikian urai Yuswadi Saliya, seorang arsitek yang
tinggal di Bandung ketika membalas pertanyaan dalam email saya untuk
kasus ini. Saya pikir demikianlah adanya, Kota Bandung memang memiliki
segudang rutin yang memaksa setiap warganya untuk terus bergerak mencari
sesuatu yang baru dan berbeda. Kini beragam komunitas anak muda di kota
Bandung terus bermunculan. Tidak lagi di Sukasenang, tetapi juga
menyebar ke seluruh pelosok kota, mulai di bilangan Jalan Setiabudi
(Monik/Ffwd Records), Citarum (347/EAT – Room No. 1), Moch. Ramdan (IF),
Balai Kota (Barudak Balkot), Sultan Agung (Omuniuum), Saninten
(Cerahati/Biosampler), Kyai Gede Utama (Common Room/ tobucil/Bandung
Center for New Media Arts dan Jendela Ide), sampai ke daerah Ujung
Berung (Ujung Berung Rebel/Homeless Crew), dsb.
“Karena
Bandung kotanya kecil, jadi mau ngapa-ngapain gampang…lagian
orang-orangnya juga kekeluargaan, cair banget, baturlah, semua dianggap
sama.” Ujar Dede pada suatu kesempatan. Hal ini juga kembali disepakati
oleh Dadan Ketu. Menurutnya, mereka yang berusaha di bidang clothing
lokal tidak menemui kesulitan yang berarti ketika mereka harus
berproduksi. “Mau cari bahan gampang pisan, tinggal ke Jalan Otista,
Tamim, Cigondewah, Cimahi, Majalaya, terus tukang nyablon juga di sini
mah banyak pisan, jadi nggak susah.”, jelasnya.
Paska 1990: Desa Global, GMR, dan MTV
Tidak hanya di era ’90-an – apabila kita lihat beberapa catatan di atas – sejak awal kemunculannya harus diakui Kota Bandung memang banyak menerima pengaruh dari Barat (Eropa Barat & Amerika). Namun, pada periode berikutnya tidak dapat dipungkiri kalau ada pengaruh lain yang tak kalah penting bagi perkembangan scene anak muda di Bandung, yaitu media. Sebagai contoh di bidang musik misalnya, melalui tangan dingin seorang Samuel Marudut (alm.), pada tahun ’92-an sebuah radio yang bernama GMR menjadi satu-satunya radio di Indonesia yang membuka diri untuk memutarkan rekaman demo dari band-band baru yang ada di kota ini, sehingga ikut memicu pertumbuhan scene musik yang ada pada saat itu. Selain memicu pertumbuhan komunitas musik di Kota Bandung, radio ini juga ikut mempopulerkan keberadaan beberapa band yang berasal dari luar kota Bandung.
Tidak hanya di era ’90-an – apabila kita lihat beberapa catatan di atas – sejak awal kemunculannya harus diakui Kota Bandung memang banyak menerima pengaruh dari Barat (Eropa Barat & Amerika). Namun, pada periode berikutnya tidak dapat dipungkiri kalau ada pengaruh lain yang tak kalah penting bagi perkembangan scene anak muda di Bandung, yaitu media. Sebagai contoh di bidang musik misalnya, melalui tangan dingin seorang Samuel Marudut (alm.), pada tahun ’92-an sebuah radio yang bernama GMR menjadi satu-satunya radio di Indonesia yang membuka diri untuk memutarkan rekaman demo dari band-band baru yang ada di kota ini, sehingga ikut memicu pertumbuhan scene musik yang ada pada saat itu. Selain memicu pertumbuhan komunitas musik di Kota Bandung, radio ini juga ikut mempopulerkan keberadaan beberapa band yang berasal dari luar kota Bandung.
Selain
itu, perkembangan di bidang teknologi media & informasi juga secara
radikal mampu mendorong perkembangan budaya kota di Bandung kearah yang
lebih jauh. Salah satu contohnya adalah perkembangan teknologi rekaman
yang memungkinkan band-band baru merekam musik mereka dengan menggunakan
komputer, sehingga tidak lagi harus bersandar pada industri mainstream
& produk impor. Saat ini, industri musik di Bandung sudah biasa
diproduksi di studio-studio kecil, rumah, maupun di kamar kost. Selain
itu, perkembangan di bidang teknologi informasi juga memudahkan setiap
komunitas yang ada untuk berhubungan dan mendapatkan informasi yang
mereka butuhkan. Melalui jaringan internet yang sudah berkembang sejak
tahun 1995-an, Kota Bandung saat ini sudah menjadi bagian dari jaringan
virtual yang semakin membukakan pintu menuju jaringan global.
Kehadiran
MTV pun setidaknya memiliki peran yang tidak sedikit, karena melalui
stasiun inilah beberapa band underground Bandung mendapat kesempatan
untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para presenter
MTV siaran nasional pun tidak segan-segan untuk memakai produk-produk
dari clothing lokal yang berasal dari Kota Bandung, sehingga produk
mereka menjadi semakin populer. Dampaknya tentu saja tidak kecil. Selama
beberapa tahun terakhir warga Kota Bandung mungkin sudah mulai terbiasa
dengan jalan-jalan yang macet pada setiap akhir minggu. Selain menyerbu
factory outlet, para pengunjung yang datang ke Kota Bandung pun
biasanya ikut berbondong-bondong mendatangi distro-distro yang ada,
sehingga memicu pola pertumbuhan yang penting, terutama dari segi
ekonomi.
Melalui
keberadaan beberapa komunitas anak muda yang senantiasa menyediakan
barang-barang yang mereka produksi secara mandiri, setidaknya kita dapat
melihat berbagai kumpulan tanda yang baru yang berbeda dengan masa
sebelumnya. Apabila pada masa sebelumnya komunitas anak muda di Bandung
sangat bergantung pada industri mapan dan berbagai produk impor, saat
ini beberapa komunitas yang ada sudah mampu memproduksi kebutuhan mereka
secara independen. Dalam beberapa kesempatan, wacana budaya perlawanan
(counter culture) pun kerap mewarnai keberadaan komunitas ini. Diantara
beberapa perilaku komunitas anak muda yang disebutkan tadi, setidaknya
kita bisa melihat ini sebagai sebuah sikap politik yang membangun
bentukan watak yang khas. Bagi beberapa komunitas anak muda di Bandung,
musik dan fashion saat ini bukan lagi hanya sekedar trend. Musik dan
fashion dapat juga dilihat sebagai bentuk ekpresi kemandirian politik
yang mampu mengakomodasi berbagai aspirasi personal yang mereka miliki.
Untuk itu, saya rasa dalam konteks perbincangan mengenai perkembangan
kelompok subkultur di kota Bandung, sebetulnya musik dan fashion juga
dapat dilihat sebagai instrumen yang mampu menjelaskan berbagai
pandangan dan perbedaan yang menyertai keberadaan komunitas-komunitas
ini.
Pertumbuhan
yang pesat yang sangat ditunjang oleh keberadaan beberapa media seperti
stasiun TV, radio, majalah, fanzines, dan terutama internet, terus saja
mendorong perkembangan komunitas anak muda di Bandung.
Selain
semakin memperjelas keberadaan beberapa komunitas yang ada, kemunculan
berbagai macam media juga menambah perluasan jaringan sampai ke
kota-kota lain di luar Bandung, malah sampai ke luar negeri. Ketika
mulai merilis kaset dibawah label 40124 pada pertengahan ’90-an, Richard
mengaku pernah mendapatkan pesanan kaset rilisannya dari seorang
penggemar musik-musik underground dari Jepang, yang kebanyakan memesan
melalui internet. Lewat label 40124 ini, pada tahun 1996 Richard juga
sempat merilis album kompilasi legendaris yang diberi judul
“masaindahbangetsekalipisan”, yang berisi kumpulan lagu dari beberapa
band lokal seperti Full of Hate, Rotten to The Core, Sendal Jepit,
Cherry Bombshell, Puppen, Balcony, dsb. Sementara itu, Dadan Ketu
menyatakan kalau sekarang ini memang sudah sangat biasa kalau ada salah
seorang pengunjung distro di Bandung datang dari luar negeri, semisal
Singapura atau Malaysia. “Mereka datang biasanya langsung ngeborong,
bawa kaset 100 biji untuk dijual lagi di negeri asalnya, ada yang bayar
kontan, ada juga yang nyicil,” ujarnya.
Wujud
dari terbentuknya jaringan yang meluas ini sebetulnya sudah semakin
terasa sejak tahun ’97. Pada bulan Agustus 1997 sebuah label rekaman
punk dari Perancis yang bernama Tian An Men 89 Records merilis sebuah
kompilasi yang berjudul “Injak Balik! a Bandung HC/Punk comp”. Kompilasi
ini didukung oleh sejumlah band Bandung seperti Puppen, Closeminded,
Savor Of Filth, Deadly Ground, Piece Of Cake, Runtah, Jeruji, Turtles
Jr, dan All Stupid. Kebanyakan subject matter dari musik dalam album
kompilasi ini berisi berbagai statemen politik yang disampaikan secara
lugas oleh setiap band yang ikut terlibat di dalam proyek ini. Tidak
hanya berhenti di situ, pada tahun 1999, label lokal yang bernama
FastForward Records kemudian merilis beberapa album dari band yang
berasal dari luar negeri seperti The Chinkees (Amerika), Cherry Orchard
(Perancis), 800 Cheries (Jepang), dan lain sebagainya. Menurut Marin,
salah seorang pendiri dari FastForward Records, setidaknya media-media
komunikasi seperti internet, mesin fax dan jaringan telepon punya andil
besar dalam proses produksi album dari band-band ini. Sekarang, label
lokal yang merilis musik yang berasal dari luar negeri sudah bukan
barang yang aneh lagi.
Malah,
beberapa band lokal di Bandung juga sudah banyak yang berkesempatan
dirilis oleh label di mancanegara. Beberapa diantaranya adalah Homicide,
Domestik Doktrin, Jasad, dsb. Perluasan
jaringan yang mempertautkan perkembangan di bidang musik dan fashion
dengan perkembangan media dan teknologi informasi ini setidaknya
melahirkan sebuah kombinasi perkembangan (kebudayaan) yang baru, baik
dari segi ideologi sampai pada manifestasinya dalam pola kehidupan
sehari-hari sebagian komunitas anak muda di Bandung.
Hal
ini menunjukan bahwa bagaimanapun perkembangan yang ada di kota Bandung
tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan setiap gejala perkembangan di
tingkat global. Seiring dengan perkembangan jaman, sampai saat ini
scene anak muda di Kota Bandung masih terus tumbuh untuk terus
melengkapi pola perkembangannya dengan wajah dan berbagai versinya yang
baru. Jangan kaget kalau tiba-tiba anda bertemu dengan sekelompok anak
muda dengan gaya yang identik dengan gaya anak muda di belahan dunia
yang lain. Kota ini memang sedari dulu sudah menjadi bagian dari
kota-kota lain di seluruh dunia. Salut! Selamat datang di Kota Bandung!
penampakan DISTRO gan ^^
Langganan:
Postingan (Atom)